Sophie Hatter tinggal di negeri dimana sihir adalah kenyataan sehari-hari. Tapi itu bukan berarti Sophie seorang penyihir. Ia hanyalah anak pertama dari 3 bersaudara dimana ayahnya adalah pemilik toko topi. Dan seperti yang kita ketahui didalam dongeng-dongeng, anak pertama adalah seorang yang selalu gagal dan anak bungsu-lah si peraih kejayaan.
Ketika ayahnya meninggal, Fanny si ibu tiri mengirim Martha si bungsu untuk magang di tempat seorang penyihir. Diharapkan Martha bisa membangun koneksi dengan kenalan-kenalan si penyihir dan dapat mengangkat derajatnya lebih tinggi.
Letti si anak tengah dikirim magang ke toko kue dikota. Darinya diharapkan bertemu dengan pemuda baik-baik, menikah dan membangun rumah tangga bahagia.
Sedangkan Sophie si sulung tinggal di rumah. Magang di toko topi milik almarhum ayahnya dan sehari-hari terkurung di ruangan sempit untuk membuat topi. Dan topi-topi buatan Sophie sangat terkenal. Bahkan ada yang mendapatkan jodoh saat mengenakan topi buatan Sophie.
Tapi kebosanan melanda Sophie. Ia merasakan dirinya semakin pudar terkurung ditempat pembuatan topi tersebut. Tapi ia juga tidak tahu apa yang diinginkannya karena sebagai anak si sulung ia selalu merasa gagal dalam melakukan sesuatu.
Hingga suatu hari si nenek sihir dari Waste datang ke toko Sophie. Kebetulan Sophie hanya sendirian saat itu. Tanpa tahu alasannya si nenek sihir yang muda dan cantik ini menyihir Sophie menjadi nenek tua yang berumur 60-an. Dan kemudian pergi tanpa penjelasan.
Anehnya, Sophie malah merasa dibebaskan saat ia berubah fisik ini. Ia memutuskan meninggalkan rumahnya dan menuju Istana penyihir Howl yang ditakuti yang telah mengambang dan berpindah-pindah di langit kota selama beberapa waktu. Ia memaksa masuk ke istana Howl dan membuat perjanjian dengan Calcifer si jin api. Dan dimulailah hari-hari Sophie tinggal di istana penyihir Howl, yang konon kabarnya suka menghisap jiwa gadis-gadis muda dan cantik.
Sophie sih tidak takut, toh dia tidak muda lagi...
Ini pertamakalinya saya membaca buku karangan Diana Wynne Jones. Saya cek di goodreads ternyata karya-karyanya sangat banyak lho. Dan Howl’s Moving Castle ini merupakan karyanya yang paling mendapat pujian.
Awalnya buku ini terasa seperti fantasy biasa bagi saya, sampai saya masuk kedalam istana Howl. Disana saya bertemu Calcifer, si jin api yang melakukan sihir-sihir besar untuk menggerakkan istana. Juga ada Michael murid magang Howl yang melakukan sihir-sihir kecil dan mengurus usaha penjualan mantra dan jimat-jimat untuk warga biasa. Dan tentu saja ada Howl, si penyihir tampan yang bersusah payah membangun reputasi buruknya, dan setiap hari keluar rumah untuk merayu para gadis untuk kemudian ditinggalkan saat mereka sudah jatuh cinta kepadanya.
Saya suka interaksi semua orang didalam istana Howl ini. Mereka adalah satu keluarga dengan latar belakang berbeda dan berkumpul di rumah Howl tanpa ijin ataupun penolakan dari Howl. Yang penting bagi Howl mereka harus membuktikan diri berguna dan tidak menyusahkan.
Saya suka Sophie yang sangat ingin tahu dan selalu berusaha membantah Howl karena tahu Howl sangat suka dipuji. Dan yang terutama saya sangat suka Howl. He’s such a drama king!
Si pesolek ini ini butuh waktu 2 jam mempersiapkan dirinya dan pergi ke kota untuk merayu para gadis yang lewat. Apabila ada yang tidak sesuai dengan keinginannya, ia akan merajuk sendiri dan butuh waktu untuk menaikkan kembali egonya. Dan kehebohan yang ditimbulkannya saat Sophie mengacau kamar mandi sehingga rambut Howl berubah warna menjadi merah membuat satu kota mendengar amukannya.
Saya suka saat Sophie menjelek-jelekkan Howl ke Raja dan ujung-ujungnya malah menunjukkan kebaikan Howl. saya suka perkembangan hubungan Sophie dan Howl yang pelan tapi pasti walaupun ga disadari Sophie.
Dengan semua kata suka yang saya tuliskan pasti semua orang sudah bisa menyimpulkan bahwa saya sangat suka buku ini. hehehehe...
Novel ini cukup ringan dibaca dengan penokohan yang kuat dan alur cerita yang rapi tertata. Ada sedikit kebingungan antara Letty dan Letty, tetapi akhirnya ingat juga :)