Pages

Monday, May 20, 2013

Howl's Moving Castle (Istana Yang Bergerak) by Diana Wynne Jones

Istana yang Bergerak


My rating: 4 of 5 stars


Sophie Hatter tinggal di negeri dimana sihir adalah kenyataan sehari-hari. Tapi itu bukan berarti Sophie seorang penyihir. Ia hanyalah anak pertama dari 3 bersaudara dimana ayahnya adalah pemilik toko topi. Dan seperti yang kita ketahui didalam dongeng-dongeng, anak pertama adalah seorang yang selalu gagal dan anak bungsu-lah si peraih kejayaan.

Ketika ayahnya meninggal, Fanny si ibu tiri mengirim Martha si bungsu untuk magang di tempat seorang penyihir. Diharapkan Martha bisa membangun koneksi dengan kenalan-kenalan si penyihir dan dapat mengangkat derajatnya lebih tinggi.

Letti si anak tengah dikirim magang ke toko kue dikota. Darinya diharapkan bertemu dengan pemuda baik-baik, menikah dan membangun rumah tangga bahagia.

Sedangkan Sophie si sulung tinggal di rumah. Magang di toko topi milik almarhum ayahnya dan sehari-hari terkurung di ruangan sempit untuk membuat topi. Dan topi-topi buatan Sophie sangat terkenal. Bahkan ada yang mendapatkan jodoh saat mengenakan topi buatan Sophie.

Tapi kebosanan melanda Sophie. Ia merasakan dirinya semakin pudar terkurung ditempat pembuatan topi tersebut. Tapi ia juga tidak tahu apa yang diinginkannya karena sebagai anak si sulung ia selalu merasa gagal dalam melakukan sesuatu.

Hingga suatu hari si nenek sihir dari Waste datang ke toko Sophie. Kebetulan Sophie hanya sendirian saat itu. Tanpa tahu alasannya si nenek sihir yang muda dan cantik ini menyihir Sophie menjadi nenek tua yang berumur 60-an. Dan kemudian pergi tanpa penjelasan.

Anehnya, Sophie malah merasa dibebaskan saat ia berubah fisik ini. Ia memutuskan meninggalkan rumahnya dan menuju Istana penyihir Howl yang ditakuti yang telah mengambang dan berpindah-pindah di langit kota selama beberapa waktu. Ia memaksa masuk ke istana Howl dan membuat perjanjian dengan Calcifer si jin api. Dan dimulailah hari-hari Sophie tinggal di istana penyihir Howl, yang konon kabarnya suka menghisap jiwa gadis-gadis muda dan cantik.

Sophie sih tidak takut, toh dia tidak muda lagi...

Ini pertamakalinya saya membaca buku karangan Diana Wynne Jones. Saya cek di goodreads ternyata karya-karyanya sangat banyak lho. Dan Howl’s Moving Castle ini merupakan karyanya yang paling mendapat pujian.

Awalnya buku ini terasa seperti fantasy biasa bagi saya, sampai saya masuk kedalam istana Howl. Disana saya bertemu Calcifer, si jin api yang melakukan sihir-sihir besar untuk menggerakkan istana. Juga ada Michael murid magang Howl yang melakukan sihir-sihir kecil dan mengurus usaha penjualan mantra dan jimat-jimat untuk warga biasa. Dan tentu saja ada Howl, si penyihir tampan yang bersusah payah membangun reputasi buruknya, dan setiap hari keluar rumah untuk merayu para gadis untuk kemudian ditinggalkan saat mereka sudah jatuh cinta kepadanya.

Saya suka interaksi semua orang didalam istana Howl ini. Mereka adalah satu keluarga dengan latar belakang berbeda dan berkumpul di rumah Howl tanpa ijin ataupun penolakan dari Howl. Yang penting bagi Howl mereka harus membuktikan diri berguna dan tidak menyusahkan.

Saya suka Sophie yang sangat ingin tahu dan selalu berusaha membantah Howl karena tahu Howl sangat suka dipuji. Dan yang terutama saya sangat suka Howl. He’s such a drama king!

Si pesolek ini ini butuh waktu 2 jam mempersiapkan dirinya dan pergi ke kota untuk merayu para gadis yang lewat. Apabila ada yang tidak sesuai dengan keinginannya, ia akan merajuk sendiri dan butuh waktu untuk menaikkan kembali egonya. Dan kehebohan yang ditimbulkannya saat Sophie mengacau kamar mandi sehingga rambut Howl berubah warna menjadi merah membuat satu kota mendengar amukannya.

Saya suka saat Sophie menjelek-jelekkan Howl ke Raja dan ujung-ujungnya malah menunjukkan kebaikan Howl. saya suka perkembangan hubungan Sophie dan Howl yang pelan tapi pasti walaupun ga disadari Sophie.

Dengan semua kata suka yang saya tuliskan pasti semua orang sudah bisa menyimpulkan bahwa saya sangat suka buku ini. hehehehe...

Novel ini cukup ringan dibaca dengan penokohan yang kuat dan alur cerita yang rapi tertata. Ada sedikit kebingungan antara Letty dan Letty, tetapi akhirnya ingat juga :)

Monday, May 6, 2013

Just The Way You Are by Barbara Freethy



My rating: 5 of 5 stars



Saya melihat buku ini sekitar 3 – 4 minggu yang lalu. Ga ingat dimana, mungkin di goodreads saat salah seorang teman mencentang buku ini untuk dibaca. Yang jelas saya baca dan suka sinopsisnya, cari ebooknya, masukin ke calibre trus terlupakan. Baru tertarik lagi saat nyari-nyari buku apalagi yang pengen dibaca terutama romance kontemporer yang sudah lama tertinggal...

Saat lihat ebook ini juga ga ingat lagi sinopsisnya, yang jelas suka ama covernya. Terus baca prolognya, hmmm... ada perang saudara sepertinya. Terus lanjut ke bab 1. Ketemu sama Alli yang sedang menguping pembicaraan Sam, calon mantan suaminya, dengan putri mereka Megan.
" Daddy, did you ever love Mommy?"
Ikutan berdebar bersama Alli menunggu jawaban Sam. Apalagi Alli tahu sebenarnya Sam masih mencintai Tessa, kakak Alli. Nah, saya dibikin bingung disini. Kalau Sam mencintai Tessa kenapa menikah dengan Alli? Kemudian saya mendapati bahwa Alli ternyata melakukan the unforgivable sin. Mencuri pacar kakaknya sendiri!

Saya jadi bimbang. Nerusin baca buku ini ga ya? Yang paling saya benci dari sebuah cerita adalah pengkhinatan, perselingkuhan. Apalagi kalau melakukannya kepada saudara sendiri. Sangat, sangat tidak termaafkan. Dan biasanya yang menjadi tokoh sentral dari cerita seperti ini adalah si saudara yang dikhianati.

Tapiiii... saya juga ikut merasakan kepahitan Alli. Selama 9 tahun menikah dengan Sam, tak peduli betapa kerasnya ia berusaha menjadi istri dan ibu terbaik, ada bagian dari diri Sam yang tidak akan pernah dimilikinya. Menemukan klipingan dan foto-foto Tessa dilaci meja kerja Sam akhirnya membuat Alli menyerah. Perpisahan adalah jalan keluarnya.

Saya jadi penasaran kaan?? Kenapa Alli yang sepertinya perempuan baik-baik ini merebut pacar kakaknya sendiri? Dan sepertinya dia dapet ganjarannya deh, tetap tidak bisa memiliki sesuatu yang paling diinginkannya.

Ini baru bab 1 lho, dan sanggup memikat saya sedemikan rupa sehingga melupakan kebencian saya terhadap para pengkhianat seperti Alli. Apalagi ketika mengetahui ada saat-saat Sam membenci Alli karena dua kali menghancurkan hidupnya. Yang pertama saat merayu Sam yang sedang mabuk dan kemudian hamil sehingga Sam harus menikahi Alli. Yang kedua saat dirinya sudah berusaha keras untuk bisa menerima perannya sebagai seorang ayah dan suami, Alli malah memutuskan untuk bercerai.

Plot cerita bertambah kental saat Tessa akhirnya pulang ke kota kecil mereka untuk menemui Phoebe, nenek Alli dan Tessa, yang masuk rumah sakit karena stroke. Dan coba tebak, Tessa masih mencintai Sam!

Woohoo... saya mesti baca ini buku. Penasaran banget pengen tahu siapa yang akhirnya dipilih Sam. Tessa-kah, perempuan yang sudah dicintainya sejak ia berumur 12 tahun, atau Alli, istri yang tidak diinginkannya tetapi telah menemaninya selama 9 tahun dalam pernikahan yang bisa dibilang damai dan cukup bahagia?

Saat saya meneruskan membaca buku ini saya menyadari ada banyak peristiwa yang terjadi yang kemudian berujung pada malam Alli dan Sam berhubungan intim sehingga menghasilkan Megan.

Mulai dari kecemburuan dan rasa tidak aman Alli terhadap Tessa, nona sempurna, yang mendapatkan lebih banyak perhatian dari orangtuanya dan rasa tersisihnya karena pada saat orangtuanya meninggal dan yang dimilikinya hanyalah Tessa, Tessa malah sibuk membangun dunianya sendiri dengan Sam. Alli tertinggal dibelakang, tidak diundang, bahkan saat Sam membangun rumah pohon untuk Tessa dimana mereka bermimpi dan merencanakan petualangan-petualangan besar untuk menaklukkan dunia.

Well , since I spent most of my time standing on the ground beneath that damn treehouse, I always had to look up to see anything, and when I looked up, I saw you." Her eyes grew watery. "You were my dream, Sam. I wanted so badly to be yours."

Kemudian Sam yang mulai merasa tersisihkan saat karir modeling Tessa semakin melejit dan waktu yang mereka miliki semakin sedikit.

Atau Tessa yang merasa aman dalam pemikirannya bahwa Sam akan selalu ada untuk memuja dan menomorsatukannya.

Di buku ini kita tidak hanya dibawa melihat suatu permasalahan melalui satu sudut pandang saja. Memang sudut pandang Alli yang paling utama, tapi kita juga dibawa ke pemikiran Sam dan Tessa sehingga tahu apa yang mereka rasakan saat itu.

Kita bisa melihat harapan Tessa yang bangkit saat tahu Alli dan Sam akan bercerai, Sam yang bingung dengan perasaannya terhadap Tessa dan Alli, atau kerisauan Alli memikirkan seandainya Sam dan Tessa kembali bersama.

You know, I'm glad she's here. Because you have to find out what you are to each other. Until you do that, we're just going to be circling around her the way we always have, unable to move forward, unable to go back
Tapi pada akhirnya, inti dari buku ini bukanlah mengenai kisah cinta. Tapi mengenai keluarga dan memaafkan. Tidak peduli seberapa marahnya dirimu kepada keluargamu, keluarga tetaplah keluarga, kau tidak bisa tidak mencintai mereka. Atau tidak memaafkan.

Dan bahwa hidup harus maju kedepan, bukannya bertahan kepada kenangan sehingga kita tidak sadar bahwa dunia berubah, diri kita berubah dan perasaan kita juga berubah.

Friday, May 3, 2013

Harry Potter & The Goblet of Fire by J.K. Rowlings



My Stars : 5 of 5 stars

Buku keempat ini dibuka dengan gegap gempitanya Piala Dunia Quidditch yang setelah sekian lama akhirnya diadakan di Inggris. Harry diundang ke pertandingan ini oleh keluarga Weasley. Tentu saja Harry senang, karena itu berarti setengah masa liburannya akan dihabiskan bersama keluarga Weasley dan Hermione. Tetapi ternyata kegembiraan perayaan piala dunia ini dirusak oleh pengikut the Dark Lord yang entah kenapa mendadak muncul dengan berani mengganggu para muggle dan menimbulkan histeria massa. Apalagi ketika tanda kegelapan kembali bersinar di langit malam.

Ketika kembali di sekolah, Harry dan teman-teman kembali dikejutkan (emang banyak kejutan dibuku ini) dengan diadakannya kembali pertandingan Triwizard yang telah beberapa tahun tidak diadakan karena sering mengancam nyawa para pesertanya.

Pertandingan Triwizard ini merupakan pertandingan yang diikuti oleh tiga sekolah yaitu Hogwards, Beauxbatons dan Drumstrang. Tujuannya adalah mempererat hubungan antar sekolah. Untuk mencegah banyak kecelakaan, pertandingan ini dibatasi untuk yang berumur diatas 17 tahun saja. Tentu saja banyak yang keberatan dengan persyaratan ini , terutama Fred & George yang akan berulangtahun ke 17 hanya beberapa bulan lagi. Tidak putus asa, kedua menelan ramuan penambah umur pada saat hendak memasukkan namanya ke Piala Api. Dan gagal.

Yang tidak diperkirakan oleh semua orang adalah pada saat nama ketiga peserta dari masing-masing sekolah telah diumumkan, Piala Api kembali melontarkan sebuah nama. Siapa lagi kalo bukan nama Harry Potter. Dia kan tokoh utama dibuku ini. Hehehehehe...

Bukannya melonjak-lonjak gembira karena bisa ikutan lomba ini, Harry malah pusing sendiri. Gimana tidak, sahabat yang paling diandalkannya malah cemburu padanya. Masa Harry terus sih yang jadi pusat perhatiaan? Belum lagi kecurigaan Harry bahwa namanya dimasukkan sebagai peserta karena ingin mencelakakan dirinya.

Buku keempat dari seri Harry Potter ini merupakan salah satu favorit saya. Dan menurut saya inilah buku terakhir dimana kita masih bisa merasa suasana sukaria sekolah sebelum sepenuhnya diisi dengan kegelapan dibuku 5, 6 dan 7.

Membaca suasana Piala Dunia Quidditch serasa nonton piala dunia sepakbola. Euphorya, kegembiraan dan ketegangannya begitu kental terasa. Tidak seperti saat kita membaca pertandingan quidditch di Hogwards.

Saat membaca ulang buku ini, satu hal penting yang saya sadari adalah bahwa Hermione bukan saja seorang sahabat bagi Harry dan Ron. Hermione merupakan perekat bagi persahabatan Harry dan Ron. Tanpa adanya Hermione mungkin persahabatan Harry dan Ron tidak akan lama karena kedua sama-sama keras kepala.

Dan satu hal lagi yang saya sesali adalah, kenapa Moody? Dari semua guru pertahanan guru hitam, Moody lah yang paling menarik (lebih menarik daripada Lupin). Emang sih dibuku-buku selanjutnya Moody asli keluar juga dan sifat curigaannya masih bikin geli, tapi tetap saja saya mikirnya kenapa bukan guru lainnya yang jadi penjahatnya. Kenapa Moody?

Dan percayalah, saat kita sampai dibuku 5 nanti saya akan pertanyakan, KENAPA SIRIUS?!!?

Ada banyak hal sih yang pengen saya ceritakan dari buku ke-4 ini. Tapi pada akhirnya saya hanya bisa bilang, buat yang belum baca Harry Potter ayo buruan dibaca. Ga ada kata terlambat untuk memulai membaca seri ini kok :)