satu lagi cerita mengenai wallflower. tapi wallflower yang satu ini tidak hanya duduk dipinggir ruangan dan membaur dengan dinding.
wallflower yang satu ini, Lady Elaine Warren, aktif dicari oleh semua orang untuk dipermalukan dan diejek sebagai hiburan para bangsawan. dan yang paling aktif mempermalukannya adalah Evan Carlton, earl of Wesfeld.
earl muda yang dandy dan banyak diikuti ini sebenarnya naksir ama elaine tapi ga pengen orang lain tau. kalu hanya bicara berdua dengan elaine dia bisa ngomong baik2, tapi kalu udah liat ada orang yang memperhatikan dia bicara dengan elaine langsung deh sindiran dan ejekannya keluar.
hebatnya, karakter lady elaine pun bukan karakter cewek cengeng. setiap sindiran dan ejekan dihadapinya dengan tertawa, seolah semua itu tidak melukai hatinya.
Evan yang kemudian malu dengan dirinya sendiri ini memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan menjelajahi pegunungan di eropa. mountainer istilahnya..
setelah 1 decade berlalu evan balik ke inggris dan mendapati keadaan tetap sama. Elaine tetap menjadi bahan ejekan dan karenanya masih belum tetap menikah (walaupun dowrynya besar).
evan yang merasa menyesal kemudian memutuskan untuk memperbaiki keadaan dan sekalian berusaha merebut hati Elaine, walaupun Elaine udah bersiap2 untuk menghadapi perang lagi dengan tormentor terbesarnya...
hmmm... romantisnya :)
dari buku ini kita bisa tahu bahwa orang-orang menilai kita dari perbuatan yang kita lakukan. dan bila terbiasa berbuat jahat otomatis lingkungan sekitar akan berharap kita melakukan hal2 tersebut walaupun sebenarnya kita telah berubah.
dibutuhkan usaha keras untuk mengubah diri sendiri dan meminta maaf kepada orang2 yang telah kita jahili. mungkin bagi orang2 tersebut akan terasa seperti menundukkan kepala dan merendahkan diri, tapi itu suatu hal yang perlu dilakukan.
No comments:
Post a Comment