Ga selesai baca buku ini. Makin lama makin tidak suka dengan Gin Blanco a.k.a Spider si pembunuh bayaran.
Tema cerita cukup menarik, mengenai salah satu kontrak kerja Gin yang berbalik membakar dirinya sendiri. Dijebak oleh sekolompok orang yang bersekongkol untuk meruntuhkan kekuasaan Mab Monroe, si ratu kejahatan yang mengusai kota Ashland. Gin ditawari kontrak sebesar 5jt dollar untuk membunuh Gordon Giles, kepala akuntan di perusahaan Halo yang dimiliki oleh Mab Monroe. Gordon dituduh mencuri uang perusahaan dan perusahaan kemudian berniat untuk menyingkirkan Gordon.
Tetapi pada saat melaksanakan misinya Gin ternyata juga diincar oleh pembunuh bayaran lain yang kemudian mengungkapkan bahwa Gin telah dijebak, dan sebenarnya Gordon bukanlah orang yang menyelewengkan uang perusahaan. Saat lolos dari usaha pembunuhan tersebut Gin kembali pulang ke restoran tempat perantara kerjanya tinggal.
Fletcher, si perantara yang juga mentornya ternyata telah mati secara mengenaskan. Gin bersumpah untuk membalas kematian Fletcher yang telah dianggapnya sebagai orangtuanya sendiri. Dan dalam pencariannya untuk membalas dendam ini Gin kemudian bekerjasama dengan Donovan Caine, polisi yang paling terkenal kejujurannya di Ashland City. Kerjasama ini diwarnai dengan daya tarik diantara mereka berdua. Tapi Caine sedikit merasa ragu karena profesi Gin sebagai assassin bertentangan dengan moralitasnya.
Sampai 85% saya baca buku ini belum ada adegan “menarik” antara Gin dan Caine kecuali ciuman panas di klub malam .
Tapi alasan sebenarnya ga selesai baca buku ini karena sifat Gin yang ga ada kompromi, langsung bunuh (ga pake hajar2 dulu), bunuh duluan tanya belakangan (kapan dapat infonya!) terus juga yang merasa ga ada yang salah dengan pekerjaannya sebagai pembunuh, yang bikin gw bertanya-tanya apa bedanya Gin dengan tokoh antagonis di buku ini? Gin mencari pembunuh yang membunuh Fletcher, sedangkan si pembunuh yang sebenarnya merangkai semua drama ini dengan tujuan membunuh Mab Monroe yang telah membunuh ayahnya. Setiap orang yang menghalangi disingkirkan, begitu juga dengan Gin.
Jadi... apa beda Gin dengan si pembunuh?
Dan juga tidak ada sedikitpun humanity atau emphaty dalam diri Gin. Apalagi setelah gw intip2 buku 2 dimana Caine memutuskan untuk pindah kota dan tidak berhubungan lagi Gin. Caine dengan moralitasnya yang tinggi merasa berbenturan dengan sifat Gin yang tidak pandang bulu (walaupun di buku 2 Gin sudah pensiun jadi assassin). Hal ini dibuktikan dengan Caine yang membiarkan Gin membunuh seseorang yang menurut Caine tidak layak dibunuh, dan Caine membiarkan saja. Hal ini membuat Caine memandang ulang hubungannya dengan Gin. Apakah ia tetap menjadi manusia yang sama tanpa moralitasnya? Apakah ia masih bisa menghormati dirinya yang seperti itu?
Keputusan Caine ini disambut Gin dengan sangat buruk. Ia merasa Caine pengecut dan tidak cukup kuat menerima dirinya yang mantan pembunuh. Dan untuk itu ia memandang rendah Caine. Sedangkan gw setuju dengan keputusan Caine yang memilih untuk meninggalkan sebuah hubungan yang dapat merubah dirinya menjadi orang yang kelak akan dibencinya.
Oh ya, yang paling penting semua acara bunuh-bunuhan ini tidak akan ada kalo Gordon Giles si kepala akuntan langsung menemui Mab Monroe dan menunjukkan data2 terjadinya penyelewengan diperusahaan. Kalo berdasarkan deskripsi Mab Monroe dibuku ini, dia tidak akan segan-segan membantai semua pihak yang merugikannya. Dan hal itu bisa dilakukannya secara terang2an karena ia merupakan ratu tidak sah di kota tersebut.
No comments:
Post a Comment