Judul : Di Antara Dua hati (Heart of the Matter)
Pengarang : Emily Griffin
Penerbit : Esensi
Halaman : 448
ISBN : 978-979-099-866-7
My rating: 3 of 5 stars
Sinopsis
Apakah sebuah pengkhianatan terhadap sumpah cinta yang disakralkan pantas diampuni?
Setiap orang yang menginginkan cinta, pastilah mendambakan kebahagiaan. Namun, bolehkah suatu sumpah sakral dikhianati karena salah satu pihak merasa tidak menemukan kebahagiaan? Lalu, bagaimana pula dengan seseorang yang mencari kebahagiaan cinta lewat pengkhianatan?
Tessa Russo adalah seorang istri dan ibu yang berjuang keras untuk mengurus rumah tangganya. Suaminya, Nick Russo, adalah seorang pria yang tampan dan terkenal sebagai ahli bedah yang andal. Situasi rumah tangga mereka sedang terasa tidak nyaman, begitu pula situasi mereka terhadap satu sama lain. Nick merasa tuntutan pekerjaan dan kewajibannya di rumah saling bertentangan, sedangkan Tessa berharap Nick akan berperan lebih banyak di dalam rumah tangga mereka.
Namun, pada suatu malam, sebuah kecelakaan membuat jalan hidup mereka bersimpangan dengan seorang wanita lain: Valerie Anderson. Ia adalah wanita kesepian dan orang tua tunggal bagi seorang anak yang tidak pernah mengenal ayahnya.
Setiap orang yang menginginkan cinta, pastilah mendambakan kebahagiaan. Namun, bolehkah suatu sumpah sakral dikhianati karena salah satu pihak merasa tidak menemukan kebahagiaan? Lalu, bagaimana pula dengan seseorang yang mencari kebahagiaan cinta lewat pengkhianatan?
Tessa Russo adalah seorang istri dan ibu yang berjuang keras untuk mengurus rumah tangganya. Suaminya, Nick Russo, adalah seorang pria yang tampan dan terkenal sebagai ahli bedah yang andal. Situasi rumah tangga mereka sedang terasa tidak nyaman, begitu pula situasi mereka terhadap satu sama lain. Nick merasa tuntutan pekerjaan dan kewajibannya di rumah saling bertentangan, sedangkan Tessa berharap Nick akan berperan lebih banyak di dalam rumah tangga mereka.
Namun, pada suatu malam, sebuah kecelakaan membuat jalan hidup mereka bersimpangan dengan seorang wanita lain: Valerie Anderson. Ia adalah wanita kesepian dan orang tua tunggal bagi seorang anak yang tidak pernah mengenal ayahnya.
Sejak itu, kehidupan ketiga orang itu tidak lagi sama. Ada cinta yang diuji, ada sumpah yang dilanggar, dan ada aturan yang diabaikan. Namun, apakah cinta akan mengatasi segalanya? Kita kembalikan pada hakikatnya.
Sebelum memulai review ini sebaiknya saya ceritakan sedikit pandangan saya mengenai perselingkuhan.
- Saat tahu Tom Cruise menyelingkuhi Nicole Kidman, sampe sekarang saya menolak nonton film-filmnya. Apalagi film si selingkuhan Penelope Cruz. Bayangkan betapa tersiksanya saya saat akhirnya ngalah nonton Pirate of The Carribean #4. Kecintaan saya kepada Johnny Depp bikin saya ngalah nonton filmnya ini yang ternyata ga ada bagus-bagusnya karena emang dinodai si Cruz ini! *subyektif*
- Pertamakali dengar Krisdayanti selingkuh, sampe sekarang ilfill banget denger lagunya (walaupun Melly yang ngarang) apalagi liat tampangnya. Blehhh..!!!
- Dan jangan tanya saya soal si Charles dan Camilla. Langsung ganti channel!
- Mmm... pengen sih ngasih contoh Anniston-Pitt-Jolie, tapiiiii... pesona Jolie kayaknya emang berlaku untuk cowok dan cewek ya, walaupun insecure dia soal Pitt bikin ilfil juga. Hehehehe.. I love Jen, tapi Brad kelaut aja deh... hanya nonton filmnya kalau udah main di Ocean, selebihnya lewaaaaattt....
Kalo mau dilanjutin masih panjang sih listnya, tapi cukup segini dulu. Pokoknya, saya benci banget perselingkuhan. Apalagi sampe bilang istri dirumah ga pintar ngelayani, rasa cinta udah berkurang dan segunung blahblahblah lainnya, intinya tetap aja selingkuh.
Jadi, waktu dengan rakusnya saya setuju mereview buku ini tanpa tau kalo ceritanya tentang perselingkuhan, wajar saja kalo saya bacanya lama... *NyariAlasan**DigamparEsensi*
Oke, mari saya mulai reviewnya
Saya tidak akan bahas banyak tentang Valerie (you know the reason) dan akan lebih banyak fokus tentang Tessa walaupun buku ini dibagi berdasarkan POV Tessa dan Valerie. Nick??? Lagi nemenin Brad Pitt di laut. Hehehehe...
Pada awalnya saya agak merasa jengkel dengan Tessa. Dia sudah merasakan kehambaran dalam hubungannya dengan Nick dan walaupun Tessa mengusahakan agar pernikahannya bisa bergairah kembali, ketidaktegasannya dan ketakutannya akan perubahan dalam rumahtangganya bikin saya kesal. Apalagi dengan latarbelakang keluarganya dimana ayah dan ibunya berpisah kerena perselingkuhan ayahnya yang tiada henti. Seharusnya belajar dari pengalaman orangtuanya ini Tessa bisa lebih waspada dalam menjaga rumahtangganya.
Apakah ini berarti saya sepenuhnya menyalahkan Tessa akan kegagalan rumahtangganya? Tentu Tidak. Nick Russo sangat berperan penting dalam rusaknya rumahtangganya, dan tentu tidak lupa si nenek sihir penggoda Valerie.
Di buku ini saya diperlihatkan bagaimana proses terjadinya sebuah perselingkuhan. Mulai dari rasa simpati akan kemalangan yang diderita seseorang sampai timbulnya getar-getar perasaan lain yang sebenarnya tidak terlarang bagi orang-orang yang belum memiliki komitmen apalagi pernikahan.
Walaupun sangat sangat tidak menyukai Valerie, tokoh yang paling saya benci dibuku ini adalah Nick. Kebiasaannya yang selalu menuduh Tessa mencari masalah sehingga rumah tangga mereka tidak lagi terasa menyenangkan baginya bikin saya benar-benar naik darah.
Sedangkan untuk Valerie walaupun tahu Nick sudah memiliki istri dan anak tetap saja tidak berusaha menjaga perasaan dan tindakannya. Okelah, cinta tidak bisa ditolak katanya. Tapi apa yang kita rasakan dan apa yang kemudian kita lakukan itu menurut saya adalah dua hal yang berbeda.
Cinta mengalahkan segalanya? Kalau begitu buat apa kita belajar mengenai agama, norma dan etika?
Nah, walaupun keluh kesah mengenai hal yang tidak saya sukai dari tokoh-tokoh dibuku ini lumayan panjang tapi ada juga kok hal-hal yang sangat saya sukai dari buku ini.
Ide mengenai kesempatan kedua sangat saya sukai. Bagaimanapun saya bukan manusia sempurna yang tidak memiliki salah dan cela. Dan banyak juga orang-orang yang memberi kesempatan kedua bagi saya yang sangat sangat sangat saya syukuri.
Tapi masalahnya, apakah Nick pantas diberi kesempatan kedua? Emily Griffin menganggap ya, tapi kalau menurut saya? Saya tidak tahu.
Kenapa? Karena dibuku ini tidak disediakan POV Nick, setidak-tidaknya dibagian akhir. Saya tidak melihat penyesalan Nick atau usaha-usahanya untuk meraih kepercayaan Tessa kembali. mengirim email, menelpon dan meninggalkan surat di kotak surat menurut saya bukan usaha yang maksimal untuk bisa mendapatkan Tessa kembali.
Setelah berhubungan intim dengan Valerie dan dengan semangat berniat untuk mengulanginya lagi, rasa bersalahnya baru muncul setelah bertatap muka kembali dengan Tessa yang baru kembali dari luar kota. Dan bahkan saat memutuskan hubungannya dengan Valerie, Nick masih sempat menyakinkan Valerie bahwa dia mempunyai perasaan yang istimewa terhadap selingkuhannya itu. Bener-bener bikin jengkel! Pantas ga orang yang seperti ini mendapatkan kesempatan kedua?
Adegannya yang paling saya sukai di buku ini adalah saat Tessa menemui Valerie. Tidak ada suara keras, mata melotot dan cakar-cakaran ala sinetron. Tapi benar-benar bermartabat dan (bagi saya) menunjukkan bahwa Tessa jauh lebih baik daripada Valerie. Dan beruntunglah dirimu Nick Russo karena istrimu bersedia memaafkanmu!
No comments:
Post a Comment