Judul : Bangkok: The Journey
Penulis : Moemoe Rizal
Penerbit : GagasMedia
Halaman : 435
Tahun : 2013
ISBN :979-780-629-4
Rating : 4 of 5 stars
Sudah 10 tahun Edvan meninggalkan keluarganya. Berjuang untuk membuktikan bahwa ia bisa berhasil tanpa harta keluarga. Tak sekalipun menoleh ke belakang hingga akhirnya ia mendapatkan kabar sang ibu telah berpulang.
Ketika kembali pulang sang ibu telah dimakamkan, adik yang menjadi sumber pertengkaran telah berubah dan ada warisan yang harus ditemukan. Jurnal ibu yang disebar dibeberapa lokasi di Bangkok dengan petunjuk hanyalah jurnal terakhir dari 7 jurnal yang ada.
Dan dimulailah petualangan Edvan menyusuri kota Bangkok ditemani oleh Charm, gadis yang wajah dan sifatnya se-charming namanya. Ketika satu persatu jurnal ditemukan Edvan juga menemukan banyak hal-hal baru. Tentang cinta, penerimaan dan menjadi diri sendiri.
Dari awal membaca buku ini saya sudah terkekeh geli. Kenarsisan Edvan emang teramat sangat luar biasa. Saya malah ga heran kalo seandainya Edvan bawa cermin kemana-mana hanya untuk sekadar mengecek ketampanannya.
Jalan cerita yang mengalir dengan cepat, kenarsisan Edvan dan kepolosan Max merupakan daya tarik utama buku ini. Juga catatan kaki yang sebagian besar berisi komen-komen penuh percaya diri Edvan walau sedikit mengingatkan saya kepada Barty.
Membaca novel ini hampir terasa seperti membaca sebuah buku travelling. Tapi bukan dengan cara membosankan (thanks to Edvan and Max!). Tempat-tempat yang dituju Edvan dideskripsikan dengan lumayan detail, sehingga (walaupun tanpa melihat gambar) cukup mudah bagi pembaca untuk membayangkan tempat-tempat ini. Porsi romance-nya pun juga pas, karena point utama dari buku ini bukanlah romance.
Ada satu hal yang bikin saya agak kurang nyaman sih. Gambar-gambar Bangkok yang mengawali setiap bab.
Karena saya terbiasa memegang buku ditangan kiri dan membalik halaman dengan tangan kanan, maka lebih mudah bagi pergelangan tangan saya untuk mengubah posisi buku kearah kanan. Tapi gambar yang terlihat jadi seperti ini :
Sementara kalau dengan posisi gambar yang ada dibuku sekarang saya baru bisa melihat dengan jelas kalau buku diputar kekiri tetapi dihalangi oleh pergelangan tangan saya yang ga bisa diputar full ke kiri.
Jadinya saya mesti membalik buku dengan kedua tangan untuk bisa melihat gambar-gambarnya dan bagi saya itu merepotkan. Akibatnya, kebanyakan gambar saya lewatkan saja. Terpaksa gambaran mengenai Bangkok hanya saya dapatkan dari deskripsi yang ada di paragraf-paragraf buku saja.
Jujur saja, saya jarang baca buku lokal. Bukannya mau nyombong atau menganggap remeh karya anak bangsa sih, tapi karena timbunan saya yang berupa buku fisik atau ebook yang sangat banyak itu tidak memberi kesempatan kepada saya untuk melirik buku lokal. Selalu ada buku yang menunggu untuk dibaca setelah saya selesai menamatkan satu buku.
Tapi selesai membaca Bangkok : The Journal ini saya berpikir sepertinya buku-buku lokal akan sering menjadi santapan saya.
Hmmm.. tapi tergantung juga sih. Tergantung seberapa cepat Moemoe Rizal mengeluarkan buku terbarunya :)
Buku ini merupakan salah satu buku dari Kado Untuk Blogger yang dihadiahkan oleh GagasMedia dalam menyambut ultahnya yang ke-10 tahun.
Silahkan lihat kado yang lainnya :
beneran bagus ya novelnya?
ReplyDelete