Kumpulan Dongeng Sedunia
merupakan salah satu buku yang paling bermakna dalam hidup saya. Bukan hanya
karena buku ini hadiah kenaikan kelas dari kedua orangtua saya, tetapi juga
karena buku ini membuka pikiran saya bahwa dongeng-dongeng di dunia ini bukan
hanya ciptaan Grimms atau Anderson saja.
Dilengkapi dengan ilustrasi yang
memikat buku ini membuat imaginasi saya terbang bebas. Saya ditarik dari satu
daerah ke daerah lain. Mulai dari jazirah Arab, Jepang di timur jauh, Rusia
yang dingin, Yunani dengan dewa-dewinya yang hobi mengutuk, hingga ke negeri
antah berantah.
Sewaktu SMP saya meminjamkan buku ini kepada seorang teman. Lalu ada teman lain yang melihatnya dan ingin meminjam juga. Dalam waktu singkat buku ini sudah beredar diantara teman-teman saya. Senang sih sudah mengenalkan mereka kepada buku bagus ini, tapi akibat buruknya juga ada. Tidak semua mengerti bagaimana cara menjaga buku dengan baik.
Ketika buku ini kembali ke tangan
saya, beberapa halaman sudah hilang, beberapa halaman diberi selotip memanjang
karena robek. Saya meminjamkan buku ini dengan kondisi yang sangat baik dan
kembali dalam kondisi kumal dan menyedihkan. Sungguh, saya sangat sakit hati
waktu itu. Rasanya pengen nangis karena hadiah dari orangtua saya diperlakukan
dengan semena-mena seperti itu. Sesudah itu saya menolak meminjamkan buku
apapun kepada teman-teman saya.
Sudah lebih dari 20 tahun buku
ini bersama saya. Sudah tidak cantik lagi. Penuh bercak-bercak kuning dengan
pinggiran yang sudah mengembang (terutama bagian bawah karena seringnya
dibolak-balik). Tapi kalau diharuskan memilih antara buku ini dengan buku baru
lainnya, saya akan tetap memilih buku ini.
Beberapa tahun yang lalu saya
sempat membeli cetakan terbarunya. Tapi entah kenapa, ada rasa yang kurang dari
buku tersebut. Tidak ada jejak tulisan papa saya, atau bintang-bintang yang
sempat saya spidoli dan kemudian disesali. Tidak ada ‘saya’ dibuku itu.
Setiap lembar buku ini bukan
hanya menceritakan sebuah kisah dongeng, tapi juga menceritakan mimpi masa
kanak-kanak saya, yang sebagian terwujud dan sebagian lain lenyap tak berbekas.
Masa ketika saya masih bisa bermimpi dengan polos tanpa menyadari bahwa kadang
hidup melibas kita begitu saja.
Jadiiiiii... sebagai bentuk rasa
sayang saya kepada buku ini, saya berniat (berniat, lho!) untuk mereview
dongeng-dongeng yang ada didalamnya. Hmmm... mungkin ga bisa dibilang mereview
juga sih, lebih kepada menceritakan kembali dongeng-dongeng tersebut.
Kalau dilihat dari sifat saya
bakal butuh kerja keras untuk menepatinya. Hehehehe...
Sampai jumpa di dongeng pertama :)
No comments:
Post a Comment