Wednesday, May 21, 2014

Fantasy by Novellina A.


Judul                     : Fantasy
Pengarang           : Novellina A.
Penerbit               : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun                   : 2014
ISBN                     : 978-602-03-0355-0
Halaman              : 312
Rating                  : 4 of 5 stars

Sinopsis :
Butuh tujuh tahun bagi Davina untuk memberanikan diri menginjak Tokyo, mengejar kembali apa yang telah hancur saat ia membiarkan Awang pergi mengejar impian. Perjalanan ini bukan semata untuk memenangkan kembali cintanya, namun ia membawa benih mimpi sahabatnya, Armitha: mimpi untuk berada satu panggung kompetisi piano bersama Awang untuk membuktikan siapa yang terhebat di antara keduanya.

Fantasy berarti mimpi, imajinasi. Hingga sejauh apa Davina, Armitha, dan Awang melalui jalan mimpi yang tak pernah mudah? Inilah saatnya cinta, persahabatan, kesetiaan, dan kepercayaan teruji. Dari Surabaya, Tokyo, Singapura, Paris, Berlin, hingga Wina, mereka berlari menyambut mimpi, mencoba membuktikan bahwa mimpi tidak terlalu jauh untuk digapai selama mereka selalu melangkah untuk meraihnya.


Review

Davina dan Armitha sudah bersahabat sejak masuk SMA. Yang satu adalah gadis cantik pendiam, kutu buku dan memegang peringkat pelajar terbaik di sekolah. Yang satu lagi lebih terbuka, emosional dan terang-terangan, selalu mengatakan apa yang dirasakannya.

Kemudian Awang datang. Dengan terang-terangan Awang meminta Davina mengenalkannya kepada Armitha, karena ia naksir dengan cewek yang angkuh dan judes itu. Tetapi karena sering bercerita kepada Davina itulah, Awang pun menyadari kalau ia jatuh cinta kepada Davina.

Davina sangat menyukai Awang yang sedang bermain piano. Pada awalnya ia hanya melihat cowok itu sebagai orang yang dibantunya untuk mendekati sahabatnya. Tetapi pesona Awang yang sedang bermain piano dan kedekatan mereka membuat Vina jatuh cinta. Saat menyadari perasaannya Vina langsung menghindari Awang, mencoba mengikis rasa yang muncul di hatinya.

Bagi Armitha, Awang adalah tolak ukur yang harus dikalahkannya. Penyemangat dalam mengejar cita-citanya untuk menjadi pianis seperti Awang. Tetapi seiring berjalannya waktu, Mitha menyadari bahwa Awang adalah bagian hidupnya yang tak tergantikan.

Kehidupan ketiganya saling bertaut dan berpilin, tidak bisa lepas dari satu dengan lainnya.

Buku ini ditawarkan untuk direview di facebook BBI, dan saat saya lihat sinopsisnya ada kata-kata ‘kompetisi piano’ dan ‘Dari Surabaya, Tokyo, Singapura, Paris, Berlin, hingga Wina..’ saya langsung mikir “Waahh... mesti baca ini!”

gambar ambil disini
Kenapa? Karena mengingatkan saya akan Nodame Cantabile. Dan setelah menerima buku ini, dibagian Ode to Joy (alias bagian terima kasih) ada keterangan kalau penulis mulai tertarik dengan dunia klasik setelah menonton Dorama Nodame (sudahkah membaca manga-nya? The best manga ever, menurut saya). Membaca keterangan ini saya langsung tahu kalau saya emang berjodoh dengan buku ini :)

Kisah buku ini berpusat kepada hubungan segitiga antara Davina-Awang-Armitha. Awang yang mula-mula naksir Armitha akhirnya malah jatuh cinta kepada Davina. Bagi Armitha sendiri hal itu bukan masalah, toh yang diinginkannya dari Awang adalah keahliannya bermain piano. Armitha belajar banyak dari Awang, bahkan mereka berdua kemudian mengikuti les musik untuk meningkatkan kemampuan mereka. Cita-cita mereka berdua setelah tamat SMA adalah masuk ke salah satu universitas musik ternama di Perancis dan kemudian saling bertarung di kompetisi piano, mencari tahu siapa yang terbaik diantara mereka berdua.

Tetapi kesempatan Awang datang jauh lebih cepat. Ia ditawari beasiswa sekolah musik ke Jepang, dan itu berarti Awang harus menyelesaikan SMAnya di Jepang. Berat bagi Davina untuk melepaskan Awang, tapi ia juga tidak ingin menghalangi mimpi cowok tersebut. Davina kemudian mengambil keputusan. Awang-pun kemudian dilepaskannya.

Buku ini terbagi atas 2 bagian, yaitu bagian masa lalu (2005) yang menceritakan kisah ketiga tokoh kita ini saat masih duduk di bangku SMA. Mulai dari awal pertemuan, kedekatan, tumbuhnya bibit cinta dan perpisahan.

Buku kedua berisi bagian masa sekarang, saat Davina menginjakkan kaki di Jepang, berusaha mengejar kembali cinta yang hilang dan meminta bantuan Awang mengembalikan mimpi Armitha yang hancur berantakan.

Di setiap bagian terdiri dari beberapa bab yang kadang berubah sudut pandang dari Davina ke Armitha, walaupun tetap sudut pandang Davina yang lebih utama. Sayangnya tidak ada kisah dari sudut pandang Awang, sehingga kita tidak bisa merasakan bagaimana sebenarnya perasaan Awang kepada kedua gadis ini. Kita hanya mengetahui dari sudut pandang Davina dan Armitha, yang saling tahu bahwa mereka memiliki tempat tersendiri di hati Awang.

Dan sungguh, saya pengen tahu apa yang dirasakan Awang saat Armitha mengkonfrontasinya mengenai perasaan Awang kepadanya. Syok-kah Awang saat menyadari bahwa di salah satu sudut hatinya ternyata berdiam seorang Armitha, dan bukan hanya Davina? Apakah ia mengalami pertentangan batin saat memilih gadis mana yang akan menemani langkahnya, atau apakah memang tidak ada pilihan sama sekali?

Yah, saya hanya tahu hasil akhirnya saja saat Awang berkata “I always love you Mit. Tapi tetap rasanya ada yang salah.”

Gambar ambil disini
Davina menentukan naik turunnya emosi di buku ini. Dan karena ia gadis yang cenderung tenang dan menyimpan perasaan, tidak banyak pula gejolak yang dirasakan di buku ini. Tetapi walaupun buku ini terasa tenang bukan berarti datar, perasaan sendu Davina membuat kita sendu juga :)

Davina, yang merupakan tokoh utama di buku ini, memiliki sifat seperti martyr menurut saya. Ia rela mengalah demi kepentingan orang lain. Dan kadang ini bikin saya gregetan juga. Apalagi ketika Armitha menuduhnya menghancurkan hidup Awang dan hidupnya. Rasanya saya pengen ngomel “Ayo dong, bela dirimu sendiri!”

Dan saya juga pengen tahu darimana sifat dewasa Davina itu berasal. Apakah emang sudah lahirnya begitu ataukah mungkin ada hubungan dengan kepergian ayahnya? Menurut saya hal ini perlu dibahas sedikit untuk membuat kita lebih mengerti tentang Davina.

Oh ya, kalau ada yang saya komplain dari buku ini adalah pemakaian bahasa Inggris yang lumayan banyak. 

Ya...ya..ya.. saya tahu ini metropop, dan pemakaian bahasa Inggris dalam cerita adalah hal yang umum. Tetapi di halaman 282 ada pemakaian bahasa Inggris yang mencapai satu paragraf penuh, dan merupakan bagian yang penuh informasi yang memaksa Armitha melihat apa saja yang telah dilakukan Davina untuknya. Dan saya ga mau tulis disini karena nanti bisa spoiler.

Tapi intinya, ga semua pembaca metropop bisa berbahasa Inggris lancar. Kalau hanya sekalimat atau sepenggalan kata mungkin tidak akan berpengaruh bagi pembaca, karena bisa dilewatkan saja. Tapi kalau kalimat panjang yang memiliki peranan penting dalam buku ini, menurut saya lebih baik dituliskan dalam bahasa Indonesia saja. Jadi pembaca tidak kehilangan poin penting dari buku ini.

Secara keseluruhan buku ini enak dibaca. Walaupun dilatar belakangi dengan musik klasik, tidak membuat kita yang tidak familiar dengan musik klasik tersebut jadi minder. Musik klasik disini diperkenalkan dengan ringan dan lengkap dengan foot note yang ringkas sehingga kita tidak perlu mengernyitkan dahi karena tidak mengerti.

Kisah cinta segitiga yang diusungnya juga tidak membuat kita sakit hati, karena tidak ada pihak yang jahat disini. Yang ada hanyalah hati yang terbagi...


gambar ambil disini

No comments:

Post a Comment