Friday, September 21, 2012

Kau Tak Perlu Mencintaiku by Almino Situmorang

My rating: 2,5 of 5 stars


Cerita dimulai dari POV Rara yang sedang pusing karena diminta segera menikah oleh kedua orangtuanya. Bagaimana tidak pusing? Pacar saja tidak punya gimana mau menikah. Banyak memang calon yang dikenalkan kedua orangtuanya, tapi tidak ada yang menurut Rara cocok dengannya.

Setelah lama berbingung-bingung ria, Rara menerima telepon dari Jepang yang ternyata adalah dari Taka, mantan kekasihnya dulu. Setelah bertemu kembali ternyata keduanya sadar masih ada cinta diantara mereka. Dengan menguatkan diri Rara meminta ijin menikah dengan Taka kepada kedua orangtuanya. Malangnya, walaupun ngebet pengen lihat Rara menikah, ijin dari kedua orangtuanya tersebut tidak keluar. Alasannya karena agama dan adat yang berbeda. Dan juga mereka takut anak mereka ditinggal merana kalau hidup di Jepang nanti. Secara orang-orang Jepang terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa, pergi pagi pulang tengah malam.

Kembali patah hati Rara kemudian bertemu kembali dengan sahabat lamanya Andrew. Benih-benih cinta kemudian tumbuh dihati mereka. Sayangnya lagi, belum sempat mengeksplor perasaan yang tumbuh ini orangtua Rara kembali turun tangan. Gagal lagi.

Saat papanya masuk rumah sakit Rara dipertemukan dengan Arga, anak dari sahabat papanya, dan tanpa panjang cerita perjodohan diantara kedua dilakukan. Tidak sampai sebulan kemudian mereka berdua menikah.

Walaupun sudah menikah tetapi hubungan keduanya tetap bagaikan orang asing. Rara tidak bisa membuka hati kepada suaminya. Sedangkan Arga yang terlihat memiliki sedikit rasa kepada istrinya juga tidak berjuang cukup keras untuk merebut hati sang istri.

Konflik muncul setelah kemudian papa Rara meninggal saat ia sedang melakukan perjalanan dinas ke Jepang dan Rara menuduh suaminya yang gagal total menjaga orangtuanya.


Tema yang diusung oleh buku ini menurut saya merupakan tema yang tidak akan lekang oleh waktu. Lihat saja berapa jumlah film dan buku yang mengangkat cerita mengenai perjodohan dan ujung-ujungnya berakhir bahagia.

Masalahnya pada buku ini, menurut saya, pada ceritanya yang kurang tergali. Bab-babnya cenderung pendek, masalah tidak terjajaki dengan baik dan cerita yang terkesan melompat-lompat. Mungkin karena pengarang terbiasa menulis cerpen dan ini adalah novel pertamanya.

Sebagian besar cerita berbentuk narasi sehingga interaksi antar tokoh tidak begitu terasa. Dan yang terasa sangat mengganggu adalah perpindahan POV dari Rara ke Arga.

Pada pertengahan cerita POV pindah ke Arga. Tidak masalah kalau konflik pada akhir POV Rara dilanjutkan pada POV Arga. Masalahnya adalah saat pindah ke POV Arga cerita seolah-olah dimulai kembali. Kita seakan kembali membaca sebuah cerita baru dengan awal yang baru. Dan tidak berapa lama sebelum buku berakhir, barulah POV Arga mencapai permasalahan yang digantung pada akhir POV Rara. Akibatnya? Cerita yang terasa dangkal dengan permasalahan yang tidak tergali dengan baik dan dalam.

Padahal ada banyak potensi yang saya lihat pada buku ini. Seperti permasalahan antara kakak Rara, Jogi, dengan kedua orangtuanya. Jogi dianggap durhaka karena ingin menikah dengan pacarnya yang orang Amerika dan memutuskan pertunangannya dengan Ida yang sudah mencapai tahap martuppol.

Dan juga konflik rumah tangga Rara dan Arga yang menurut saya seperti diceritakan sekilas saja. Padahal seharusnya bagian inilah yang harus diperdalam. bagaimana cara Rara dan Arga menyikapi perbedaan mereka dan berjuang untuk menjadikan pernikahan mereka menjadi lebih baik.

Kebanyakan konflik dibuku ini malah antara Rara dengan orangtuanya. Dan dibandingkan konflik dengan keluarga mertuanya, cerita antara Rara dan Arga ini ibarat angin lalu.

Satu lagi yang menyebabkan buku ini terasa seperti cerpen (yang kepanjangan) bagi saya adalah penggalan-penggalan lagu yang disisipkan. Tidak hanya satu atau dua. Mungkin ada sekitar 8 potongan lagu yang dituliskan. Benar-benar mengingatkan saya akan cerpen-cerpen di Anita ;)

Yang saya sukai dari buku ini adalah adat Bataknya yang sangat terasa. Mengingatkan saya akan rekan-rekan kerja di perusahaan lama yang sebagian besar adalah orang Batak. Malah dibuku ini ada potongan lagu Batu Gantung yang sangat saya sukai dan bikin hati tersayat-sayat mendengarnya, walaupun ga ngerti bahasanya. Dulu pernah download lagu ini tapi kemudian kompi rusak dan lagu inipun hilang :(

Musti donwload lagi nih. Hehehehe...


4 comments:

  1. Batak dan perjodohan.. hmm... khas banget ya. Hehe.

    ReplyDelete
  2. iya.. hehehehe...
    sayang banget nih buku ini ga dikembangkan dengan baik. kalo ga bisa jadi best seller tuh :)

    ReplyDelete
  3. Ini novel gagas lama banget ya mba, aku dulu pernah punya tapi ga tahu skg kemana.. :P

    ReplyDelete