Wednesday, March 26, 2014

After Rain by Anggun Prameswari




Judul                     : After Rain
Pengarang           : Anggun Prameswari
Penerbit               : Gagasmedia
Tahun                   : 2013
ISBN                     : 9789797806590
Halaman              : 323
Rating                  : 4 of 5 stars

Sinopsis

Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu. Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.

Ini yang kau sebut cinta?

Menunggumu bukan pilihan. Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa. Dan jika ternyata dia yang ada di sana, sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan, saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?


Review

Selama sepuluh tahun Serenade Senja mencintai Bara. Dari pertama pertemuan mereka ketika Bara pindah ke depan rumahnya. Saat Seren baru berumur 16 tahun.
Sekarang, sepuluh tahun kemudian, mereka masih bersama, bekerja di kantor yang sama pula. Tapi ada yang berbeda. Bara tidak lagi miliknya seutuhnya. Seren harus berbagi kasih dengan Anggi dan Lily, istri dan anak Bara.

Pernikahan Bara yang berlangsung 3 tahun lalu karena perjodohan sangat menyakiti hati Seren. Tapi ia tidak bisa menghapuskan rasa cintanya. Dan ia pun bersedia menunggu Bara yang juga masih mencintainya, bertahan dengan sisa waktu yang bisa diberikan Bara.

“Dia seperti Cinderella, selalu berlari pulang saat tengah malam, meninggalkan pangeran yang terlanjur jatuh cinta kepadanya. Entah kapan dia bisa tahu perasaan pangeran tersebut. Hancur. Remuk berkeping-keping. Siap terhambur ditiup angin”

 Bagi Seren, hidupnya seperti kisah Cinderella. Tapi ia bukanlah si Cinderella, melainkan si pangeran yang ditinggalkan saat tengah malam. Menatap punggung Cinderella yang lari meninggalkannya. Berlari pulang menuju keluarganya.

Dan saat akhirnya Seren membutuhkan kepastian, ia meminta Bara untuk memilih. Ketika jawaban tidak kunjung datang, bukankah kediaman itu sendiri merupakan jawaban?

Maka kali ini Seren memutuskan ia yang akan berpaling.

Ia meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi seorang guru pengganti di sebuah SMA. Dan bertemu dengan Elang, guru musik yang juga pernah merasakan kehilangan seperti dirinya.

Saat jalan-jalan ke toko buku kemaren, saya nemu dua buku yang udah terbuka segelnya. Melbourne dan After Rain ini. Awalnya saya pengen skimming Melbourne sih, karena udah pernah baca buku lain penulisnya, tapi entah kenapa cover After Rain lebih menarik perhatian saya. Apalagi judul kecilnya “Suatu saat aku berhenti menangisimu” bikin saya penasaran. Padahal saya ga suka cerita yang sedih-sedih lho.

Tapi judul “After Rain” dan kata “Suatu saat aku berhenti menangisimu” seolah-olah membisikkan kepada saya bahwa tokoh di cerita ini berhasil mengatasi permasalahannya. Ujung-ujungnya saya malah  melantai 3 jam di toko buku tersebut, ngabisin buku ini. Hehehehe...

Awalnya saya berpikir ini adalah kisah mengenai Seren dan Bara. Walaupun sedikit kurang sreg dengan Seren yang masih berhubungan dengan Bara setelah laki-laki itu menikah, tapi setidaknya “wanita lain” dalam hubungan ini adalah Anggi, bukannya Seren.

Tapi setelah Bara dan Anggi menikah, masih berhakkah Seren meneruskan hubungannya dengan Bara? Seperti yang ditegaskan berulangkali oleh Kean, sahabar Seren, “...there’s no such things as KAMI in your relationship.”

Saya lumayan suka dengan karakter Seren, dan dapat merasakan betapa beratnya beban perasaan yang ditanggung gadis itu. Perasaan yang telah terpupuk selama sepuluh tahun tidak mungkin bisa dilupakan hanya dalam waktu semalam dua malam saja. Walaupun ada saat-saat dimana saya kesal juga dengan keputusan yang dibuatnya. Seperti menerima ajakan-ajakan Bara untuk bertemu.

Sedangkan karakter Bara sedikit membuat saya bingung. Di pertengahan awal cerita penulis berusaha menampilkan sosok laki-laki yang baik, apalagi ketika ia memutuskan melepaskan Serena karena tidak bisa meninggalkan putrinya. Tetapi semakin ke belakang karakter Bara dibuat semakin dangkal hingga jadi menjengkelkan.

Kean alias Kei alias Keandra, sahabar Seren, adalah tokoh yang paling berkesan di buku ini. Sifatnya terang-terangan dan jujur, dan selalu mendukung Seren walaupun kadang Seren membuatnya jengkel juga. Awalnya saya mikir Kean ini cowok, karena biasanya Kean adalah nama cowok. Baru setelah beberapa bab saya tahu kalau Kean adalah cewek. Hehehehe...

Sedangkan Elang (cowok yang  baru saya sebut satu kali dalam review saya ini) digambarkan sebagai tokoh yang dingin, cuek dan susah dibaca emosinya. Sebenarnya saya tidak merasa pas kalau disebutkan Elang adalah tokoh utama cerita ini. Karena kemunculannya tidak sebanyak Bara dan sebenarnya saya berharap Seren tidak secepat itu jatuh cinta kepada Elang.

Kalau boleh memilih, saya lebih suka buku ini diakhiri dengan Seren yang baru mulai merasa ada perasaan yang lain kepada Elang. Dengan begitu buku ini lebih fokus kepada perjuangan Seren melupakan Bara dan melanjutkan hidup yang sesuai dengan keinginannya. Bukannya hidup yang difokuskan di sekitar Bara. 

Secara keseluruhan buku ini enak banget dibaca dan lumayan mengaduk-aduk emosi :)


No comments:

Post a Comment