Monday, March 23, 2015

[ATG - Playing Along With Romance] Romance Genre?





Hai... :)

Masih dalam rangka acara Around The Genre in 30 Days untuk menyambut hari ulang tahun Blog Buku Indonesia yang jatuh pada tanggal 13 April 2014 maka saya yang berada di kelompok Romance pengen sedikit mengenalkan genre romance ini.

Kenapa sedikit aja?

Well, karena udah banyak sekali yang tahu mengenai genre ini. Hehehehe...


Dijaman sekarang ini siapa sih yang tidak kenal dengan genre romance? Yang tidak membaca genre buku ini saja tahu tentang genre ini. Bisa dibilang hampir 50% bagian fiksi disebuah toko buku diisi oleh novel-novel romance baik lokal maupun nonlokal.

Nggak percaya? Silakan saja kunjungi toko buku di kota anda perhatikan buku-buku fiksi yang tertumpuk disana.

Nah, sebelum kita membahas genre romance lebih jauh mungkin masih ada yang penasaran apa sih yang dimaksud dengan novel romance itu?

Menurut Kate Walker, penulis novel romance yang telah memenangkan banyak penghargaan, dalam bukunya “12 Point Guide To Writing Romance” novel romance itu adalah:


“A romance novel is the story of a man dan a woman who, while solving a problem, discover that the love they feel each other is the sort that comes along once in a lifetime – leading to a permanent commitment and a happy ending”


Kalau diterjemahkan secara kasarnya, kayak gini deh:


“Novel romance adalah kisah antara seorang lelaki dan perempuan, yang sementara sedang memecahkan sebuah masalah, mereka mendapati bahwa cinta yang mereka rasakan satu sama lain adalah jenis yang datang hanya sekali seumur hidup – yang mengarah ke komitmen yang permanen dan akhir yang bahagia”



Para pembaca romance sebagian besar mungkin udah pada kenal dengan karya Jane Austen. Yep, Jane Austen memang dianggap sebagai salah satu pelopor novel romance. Para penggemar historical romance mungkin sudah sering mendapati para lady tokoh utama mereka sedang membaca novel Jane Austen, terutama Pride and Prejudice. Dan entah sudah berapa novel romance yang mengutip kalimat pertama novel Pride and Prejudice ini.

Ditahun 1930an penerbit Mills and Boon mulai menerbitkan novel-novel romance mereka dan kemudian didistribusikan ke Amerika Utara oleh penerbit Harlequin Enterprises Ltd. Pada masa ini penulis romance kebanyakan berasal dari Inggris. Penerbit Mills and Boon pada akhirnya dibeli oleh penerbit Harlequin Enterprises Ltd.

Pada tahun 1970an penerbit Avon menerbitkan novel romance pertama yang ditulis oleh penulis Amerika.  Tidak mau kalah, penerbit Simon and Schuster mendirikan Shilouette Book untuk menerbitkan novel romance mereka. Tapi pada akhirnya Shilouette pun di akuisisi oleh Harlequin. Makanya jangan heran kalau melihat logo Harlequin di kebanyakan novel romance.

Tapiiiiii.... setelah puluhan tahun novel romance ini terbit kenapa masih tetap laku seperti kacang goreng? Apa orang tidak bosan membacanya?

Tahu kan kalau kebanyakan pembaca novel romance itu adalah perempuan? Tahu juga kan kalau kebanyakan perempuan itu romantis? Nah, novel romance ini menjual fantasi romantis ini  kepada para penggemarnya. Nggak peduli kalau kamu masih single, menikah dengan empat orang anak, atau nenek dengan segudang cucu, fantasi mengenai knight in shining armour itu pasti tetap ada disudut pikiran.


Kebanyakan novel romance menjual cerita Cinderella. Si Upik Abu yang berhasil menggaet sang pangeran. Jadi jangan heran kalau cewek yang biasa-biasa saja secara ekonomi pada akhirnya malah bisa menikah dengan para jutawan, miliarder, taipan atau apapun istilah untuk cowok kaya yang emang banyak berseliweran di novel-novel romance. Tidak peduli mau bersetting di jaman sekarang atau bersetting historical romance, mau berlokasi di bumi atau di Mars, kisah cinta Cinderella tidak akan pernah ada matinya.

Selain itu novel romance ini juga beradaptasi dengan waktu. Coba saja baca novel romance yang terbit di tahun 70-80an dengan novel yang terbit saat sekarang ini. Tokoh utama perempuan di novel tahun 70-80an biasanya ada gadis-gadis perawan yang lugu dan mudah tunduk, bekerja dibidang “perempuan” seperti admin, perawat atau guru, sementara tokoh laki-lakinya kaya, arogan dan super duper posesif.

Jika dibandingkan dengan novel romance sekarang, kita bisa melihat peran tokoh utama yang lebih berkembang. Para perempuannya tidak lagi harus perawan, lugu dan hanya menerima nasib. Kebanyakan tokoh perempuan di novel romance sekarang memiliki pekerjaan yang kadang bersaing dengan lelaki seperti insinyur dan arsitek dan lebih bisa mengimbangi sifat tokoh lelaki yang (ternyata!) masih tetap arogan dan posesif.

Penyesuaian terhadap perkembangan jaman inilah yang membuat novel romance tetap bertahan hingga sekarang. Di Amerika sendiri, industri novel romance ini merupakan industri yang bernilai miliaran dolar tiap tahunnya. Bagaimana tidak? Ratusan penerbit di puluhan negara membeli royalti untuk bisa menerbitkan novel-novel ini dinegara mereka. Dengan puluhan judul yang terbit tiap bulannya, bisa dibayangkan berapa keuntungan yang mereka dapatkan kan?

Di Indonesia sendiri, novel romance juga bukan hal yang baru. Di tahun 1980an dulu ada Mira W dan Marga T. yang rajin menyapa para penggemar romance lokal. Saya merupakan salah seorang penggemar novel Marga T. Kebanyakan bukunya sudah saya baca atau koleksi, mulai dari Tesa, Di Hatimu Aku Berlabuh, Seribu Tahun Kumenanti, Kishi, dll.

Sekarang ini sudah begitu banyak novel romance lokal yang mewarnai dunia perbukuan Indonesia. Apalagi dengan munculnya penerbit-penerbit baru yang memberikan persaingan ketat kepada penerbit yang lama menguasai dunia penerbitan Indonesia, dan berani menerbitkan karya-karya penulis baru yang ternyata cukup bermutu. Satu hal yang sangat menonjol dari novel-novel ini adalah covernya yang sangat sangat cantik. Kadang saya malah lebih tertarik  melihat cover buku daripada membaca isinya. Hahahaha...


Dari sekian banyak novel romance yang saya baca, ada 3 plot romance yang menonjol yaitu:

1. Secret Baby

Bisa dibilang saya udah membaca puluhan buku mengenai secret baby ini. Biasanya bayi ini adalah hasil hubungan semalam (baik para mummy & daddy udah saling kenal sebelumnya atau malah bener-bener stranger) atau bisa juga dari sebuah pernikahan/hubungan yang sedang goncang dimana si istri/pasangan kemudian melarikan diri tanpa/setelah tahu kalau ia hamil.

Dan apa yang kemudian membuat pasangan ini kembali bertemu? Biasanya nih:
  1. Si bayi sakit, si istri tidak punya uang untuk perawatan.
  2. Pertemuan tak terduga.
  3. Reuni.
  4. Si suami/istri pengen ngurus perceraian.

Dan biasanya, sesudah pasangan ini kembali bertemu keduanya dihadapkan kembali dengan perasaan mereka yang ternyata masih saling mencintai dan keduanya kemudian membereskan masalah yang menyebabkan hubungan mereka dulu retak (biasanya nih, karena ada pihak ketiga. Hehehehehe...)


2. Marriage of Convenience

Ini salah satu plot kesukaan saya. biasanya marriage of convenience terjadi karena salah satu/kedua pihak memiliki kepentingan pribadi yang mengharuskan mereka menikah dalam waktu cepat. Contohnya si cowok mesti menikah sebelum ulang tahun yang ke 30 (yang jatuh dalam waktu 2 minggu lagi) dan kalau tidak terpenuhi maka ia akan kehilangan harta warisannya. Atau bisa juga si cewek yang harus cepat menikah karena ini menyelamatkan bisnis keluarga,dll.

Biasanya pernikahan dimulai dengan perjanjian hanya akan bersikap sebagai teman, ada jangka waktu lama pernihakan mereka. Tapi lama kelamaan muncul daya tarik diantara tokoh lelaki dan perempuan yang membuat mereka kemudian memutuskan untuk mempertahankan pernikahan mereka.


3. Amnesia

Susan Elizabet Phillips, salah seorang penulis favorit saya, pernah menyatakan bahwa di dunia nyata amnesia tidak sebanyak itu terjadi. Tapi saat sampai di dunia fiksi, amnesia bertebaran dimana-mana. Biasanya tokoh yang amnesia mengalami sedikit perubahan sifat dimana dulunya mereka pemalu menjadi lebih percaya diri, yang yang bersifat lembut menjadi lebih keras kepala.

Biasanya konflik terjadi saat ingatan tokoh yang mengalami amnesia kembali. Bisa saja si tokoh yang amnesia merasa ia dimanfaatkan saat sedang mengalami amnesia. Konflik inilah yang harus diselesaikan untuk bisa mendapatkan akhir yang bahagia.


Tentu banyak juga yang mencela novel-novel romance ini. Dangkal, murahan, cerita yang itu-itu aja, nggak ada manfaatnya. Well, itu sih sebenarnya tergantung sudut pandang dan kesukaan membaca saja sih.

Bagi saya dan kebanyakan pembaca romance lainnya, genre ini seperti oase yang memberi kesegaran di terik yang membara. Sedikit pelarian dari kehidupan nyata yang mungkin menyesakkan atau monoton. Melebur bersama cerita, menjadi si sekretaris yang naksir bosnya, si saudara yang telah lama jatuh cinta kepada teman kakak/adiknya, hubungan platonis laki-laki dan perempuan yang kemudian berkembang menjadi cinta. Dan semua itu diakhir dengan sebuah ending yang bahagia.

Dan setelah membaca cerita yang memuaskan ini ada lelah yang terlepaskan, ada kehangatan yang menyelubungi. Apa lagi yang bisa diminta oleh seorang pembaca selain semua ini?

No comments:

Post a Comment