Saturday, April 11, 2015

[ATG – Playing Around With Romance] Four Nights With The Duke by Eloisa James








Masih dalam rangka acara Around The Genre In 30 Days, kali ini saya akan membuat review novel historical romance yang menjadi sub genre bahasan saya. pembahasan mengenai romance dan historical romance dapat kamu baca dengan mengklik link ini.

Buku yang saya baca untuk event ini adalah Four Nights With The Duke yang ditulis oleh Eloisa James. 


Judul                     : Four Nights With The Duke
Pengarang              : Eloisa James
Penerbit                 : Avon
Halaman                : 384
ISBN                     : 9780062223920
Rating                    : 4 of 5 stars

 
Sinopsis:

As a young girl, Emilia Gwendolyn Carrington told the annoying future Duke of Pindar that she would marry any man in the world before him—so years later she is horrified to realize that she has nowhere else to turn.

Evander Septimus Brody has his own reasons for agreeing to Mia's audacious proposal, but there's one thing he won't give his inconvenient wife: himself.

Instead, he offers Mia a devil's bargain . . . he will spend four nights a year with her. Four nights, and nothing more. And those only when she begs for them.
Which Mia will never do.

Now Vander faces the most crucial challenge of his life: he must seduce his own wife in order to win her heart—and no matter what it takes, this is the one battle he can't afford to lose.


Review:

Emilia Gwendolyn Carrington dan Evander Septimus Brody memiliki masa lalu yang berkaitan. Ibu Vander, Duchess of Pindar, merupakan perempuan simpanan ayah Mia, Lord Carrington. Dan semua orang mengetahui rahasia ini, termasuk kenyataan bahwa ayah Vander masih hidup dan berada di rumah sakit jiwa.

Tetapi hal itu tidak menghalangi Mia muda untuk jatuh cinta kepada Vander. Dan terlahirlah sebuah puisi cinta  yang ditujukan kepada Septimus, panggilan kesayangan Mia kepada Vander saat itu. Puisi yang berisi curahan jiwa Mia itu ditemukan oleh ayahnya dan diberikan kepada ibu Vander. Karena merasa puisi itu lucu, sang ibu kemudian menyerahkan puisi itu ketangan anaknya.

Vander yang saat itu sama-sama berumur lima belas tahun dengan Mia berniat menghancurkan puisi yang bisa membuat ia menjadi bahan olokan. Tapi tak disangka puisi tersebut direbut oleh temannya yang kemudian memutar balik puisi Mia sehingga terdengar mesum. Dengan emosi Vander merobek-robek puisi tersebut dan menghina Mia, tidak sadar bahwa sebenarnya Mia sedang berada dibalik sofa di ruangan tersebut.

Dengan murka Mia muncul kehadapan para bocah laki-laki tersebut dan bersumpah bahwa ia tidak akan mau menikahi satupun dari mereka walaupun mereka adalah laki-laki terakhir yang ada diseluruh kerajaan Inggris.

Tetapi Mia terpaksa memakan sumpahnya tersebut.

Tigabelas tahun telah berlalu dari masa itu dan Mia dihadapkan pada pilihan mendapatkan seorang suami dalam waktu satu bulan atau kehilangan hak asuh atas Charlie, keponakannya. Sebenarnya Mia tidak perlu kesulitan seperti itu kalau saja Edward,  tunangannya, tidak mencampakkannya di altar.

Berbekal sebuah surat pemberian ayahnya, Mia datang menemui Vander yang telah menjadi Duke of Pindar. Dengan sopan ia meminang Vander dan memberikan pilihan, nikahi dia atau...

Vander tidak menyangka kalau Mia masih begitu tergila-gila kepadanya. Dengan geram ia akhirnya setuju menikahi Mia, tetapi ia juga memberikan syarat untuk pernikahan tersebut. Vander hanya akan memberikan empat malam setiap tahun untuk berhubungan intim dengan Mia, itupun juga kalau Mia memohon kepadanya. Well, tapi tidak salah juga kalau sekali-sekali ia yang menghadiahkan kesempatan tersebut kepada Mia.

Yang tidak disangka oleh Vander adalah bahwa ia merasa mendapat keuntungan dari pernikahan ini. Kalau Mia begitu tergila-gila kepadanya sampai nekat meminang Vander, berarti tidak ada kemungkinan Mia akan mengkhianatinya seperti ibunya mengkhianati ayah Vander. Dan Mia juga berhasil membuat hasrat Vander bergejolak hingga Vander berpikir bahwa mungkin saja ia akan merobek surat perjanjian mengenai empat malam tersebut.



Saya jarang membaca novel-novel Eloisa James.

Beberapa novelnya yang saya baca terasa biasa-biasa saja malah cenderung agak membosankan bagi saya. Satu-satunya novel Eloisa James yang saya sukai adalah When Beauty Tamed The Beast yang saya beri nilai lima bintang.

Buku yang inipun saya baca setelah melihat kalau Julia Quinn merekomendasikannya. Saya sudah pernah membaca buku-buku rekomendasi Julia Quinn sebelumnya dan mendapati selera buku saya hampir sama dengannya. Dan karena sinopsinya yang menarik, saya akhirnya memutuskan membaca buku ini sebagai contoh bacaan historical romance yang menjadi subgenre bahasan saya dalam acara Around The Genre in 30 Days.

Kedua tokoh utama kita ini sedikit berbeda dengan tokoh-tokoh lain yang pernah saya baca. Vander memang seorang duke, tapi ia sudah begitu terbiasa menjauh dari Society dan berkutat dengan kuda-kudanya sehingga ia cenderung terdengar kasar bagi seorang duke. Ia bertubuh tinggi besar dan terbiasa bekerja keras hingga tangannya kapalan. Bahasanya kasar dan terus terang sehingga sering membuat Mia terkadang sakit hati. Tapi dibalik kata-katanya yang tajam terkandung rasa sayang yang begitu susah untuk disampaikannya.

Sedang Mia bisa dibilang sudah menjadi wallflower seumur hidupnya. Skandal ayahnya membuat Mia cenderung menutup diri. Apalagi setelah peristiwa puisi yang menghina fisik Mia. Saat itu memang Mia sedikit berisi dengan ukuran dada yang jauh lebih besar dari gadis-gadis seumurnya. Ejekan-ejekan ini membuat Mia berusaha menutupi dirinya (dadanya) dengan memakai pakaian besar dan berlipit-lipit. Tubuhnya yang begitu mudah menyerah pada rayuan Vander membuat Mia merasa kehilangan harga diri. Tidak cukup laki-laki itu menghinanya dengan persyaratan empat malam, dan sekarang tubuh Miapun mengkhianatinya.

Eloisa James menuliskan kisah  Mia dan Vander dengan begitu menarik. Ditambah dengan kemunculan Charlie si keponakan dan Jafeer kuda Arab yang merindukan keluarganya, cerita ini dijalin dengan manis. Percakapan antara Vander dan Charlie membuat saya tergelak dan tingkah Jafeer yang jatuh cinta kepada Mia begitu lucu.

Satu hal lagi yang menarik adalah Eloisa James menampilkan dua nama penulis favorit saya di bukunya ini, walaupun sedikit diplesetkan. Di buku ini diceritakan bahwa Mia memiliki identitas rahasia, yaitu seorang penulis novel romance ternama. Ia kemudian diperkenalkan kepada dua orang penulis lain yang menurut editornya bakal disukai Mia, yaitu Miss Julia Quiplet dan Mrs. Lisa Klampas. Kedua nama itu adalah plesetan dari nama Julia Quinn dan Lisa Klepas, yang merupakan dua penulis favorit saya. Klik link ini untuk membaca postingan Top 5 Romance Author saya :)

Nah lho, jangan-jangan JQ merekomendasikan buku ini karena ada nama dia didalamnya?

Hmm... mungkin aja sih, tapi kenyataannya buku ini emang enak dibaca. Dan walaupun termasuk kedalam seri Desperate Duchess, kita bisa membaca buku ini langsung tanpa harus membaca buku-buku terdahulu.

Empat bintang saya sematkan untuk buku ini dan saya rekomendasikan untuk para pembaca historical romance :)


Untuk mengetahui  pembahasan dan review subgenre romance lainnya silakan klik link-link dibawah ini :)



oh ya, udah pada ikutan Giveaway Romance belum? kalau belum segera ikutan deh karena besok hari terakhir Giveaway diadakan. Klik gambar dibawah ini untuk ke postingan GA, jangan sampai ketinggalan ya 
:)

http://irasbook.blogspot.com/2015/04/atg-playing-around-with-romance.html


No comments:

Post a Comment